Selasa, 10 Juni 2014

Rasulullah Guru Profesional



  1. Rasulullah saw. sang pendidik dalam al-Qur’an dan hadits
Eksistensi dan posisi Rasulullah saw. sebagai sang educator (pendidik, pengajar, guru) bagi seluruh manusia telah banyak diungkapkan di dalam Al-Qur’an dan hadits, anatara lain seperti firman Allah swt. yaitu:
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.[1]
            Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai orang yang menyusahkan dan merendahkan orang lain. Akan tetapi, allah mengutusku sebagai seorang pengajar dan member kemudahan (dalam hal apapun)” (HR. Imam Muslim).

  1. Fakta sejarah atas kesempurnaan pengajaran Rasulullah saw.
Rasulullah saw. merupakan sosok yang tentunya lebih mulia dibandingkan dengan tokoh-tokoh pendidikan yang lain yang telah popular dalam menggagas dunia dan sejarah pendidikan. Melalui pengajaran dan pendidikan yang beliau praktekkan kemudian lahirlah generasi para sahabat dan tabi’in. Kesuksesan pengajaran beliau dapat dilihat dari perubahan dan transformasi pengetahuan yang mereka alami setelah mereka belajar kepada Rasulullah saw. Para sahabat adalah saksi dan bukti hidup atas keagungan pengajaran dan pendidikan beliau. Oleh karena itulah, seora ulama pernah menyatakan: “Andai Saja Rasulullah saw. tidak mempunyai mukjizat kecuali para sahabat, maka sesungguhnya status kenabian beliau telah dikokohkan dengan eksistensi mereka”.

  1. Keseriusan Rasulullah saw. dalam membasmi kebodohan dan ultimatumnya bagi orang yang melalikan proses belajar megajar
Berdasarkan karakter pengajaran rasulullah, maka bukanlah perkara yang aneh jika banyak orang yang menaruh perhatian dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan mendalami agama, sehingga dalam waktu yang relatif singkat beliau akhirnya berhasil menciptakan suasana dan semangat belajar-mengajar yang kondusif di tengah-tengah masyarakat.
Banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits yang membuktikan Rasulullah dan Islam untuk membasmi kebodohan, seperti hadits yang disampaika Rasulullah dalam sabdanya: “Mencari ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim”. Di dalam Al-Qur’an Allah swt. berfirman:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[2]

  1. Kesempurnaan pengajaran dan perilaku Rasulullah saw.
Rasulullah di satu sisi punya predikat sebagai seorang yang ummi, namun di satu sisi yang lain Allah telah menganugrahi beliau ilmu pengetahuan yang tidak pernah dimiliki oleh siapa pun sebelumnya. Allah telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada beliau dengan memberinya keperibadian tunggal, insklusif dan tidak dimiliki orang lain, sebagaimana difirmankan Allah dalam ayat:
Ÿwöqs9ur ã@ôÒsù «!$# y7øn=tã ¼çmçGuH÷quur M£Jolm; ×pxÿͬ!$©Û óOßg÷YÏiB cr& x8q=ÅÒム$tBur šcq=ÅÒムHwÎ) öNåk|¦àÿRr& ( $tBur štRrŽÛØo `ÏB &äóÓx« 4 tAtRr&ur ª!$# šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur šyJ©=tãur $tB öNs9 `ä3s? ãNn=÷ès? 4 šc%x.ur ã@ôÒsù «!$# y7øn=tã $VJŠÏàtã ÇÊÊÌÈ
“Sekiranya bukan Karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan Telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.”[3]


  1. Kecaman Rasulullah saw. terhadap ilmu pengetahuan yang tidak bermanfaat
Zaid bin Arqam ra. Berkata “Rasulullah saw. selalu memohon kepada Allah dalam do’anya:
http://www.eramuslim.com/fckfiles/image/dmpa_1.jpg
 “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari do’a yang tidak terkabulkan.”
  1. Potret sekilas tentang pengajaran Rasulullah saw.
Kepribadian (sifat dan karakteristik) pengajaran yang dilakukan Rasulullah  saw. mentransformasikan nilai-nilai positif dan mentransmisikan ajaran agama kepada ummat manusia. Dalam diri Rasulullah saw. sungguh terdapat sifat-sifat terpuji, seperti rasa balas kasihan, kasih sayang, menyukai kemudahan, santun kepada orang lain, senantiasa mencari kebaikan serta berusaha dalam setiap kesempatan untuk mencurahkan ilmu pengetahuan dan kebaikan kepada orang lain. Hal ini juga direkam dalam Al-Qur’an yaitu:
ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& îƒÍtã Ïmøn=tã $tB óOšGÏYtã ëȃ̍ym Nà6øn=tæ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOŠÏm§ ÇÊËÑÈ
“Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”.[4]

  1. Karakteristik keutamaan akhlak dan watak Rasulullah saw. sebagai guru dan sisi kepribadiannya yang universal
Rasulullah saw. merupakan sosok guru yang profesional dalam setiap jengkal perjalanan hidup beliau, pemikiran, akhlaq, amal perbuatan, interaksi dengan orang lain, perkataan, ekspresi, serta pengalamannya. Dalam Al-Qur’an allah swt. berfirman:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.[5]
Idealnya setiap manusia (sebagaimana Rasulullah saw.)setidaknya memiliki empat aspek kesempurnaan di dalam dirinya, yaitu:
  1. Kesempurnaan bentuk penciptaan;
  2. Kesempurnaan akhlaq;
  3. Kesempurnaan perkataan; dan
  4. Kesempurnaan perilaku.


[1] QS. Al-Jumu’ah/62: 2.
[2] QS. Al-‘Alaq/96: 1-5.
[3] QS. An-Nisa’/4: 113.
[4] QS. At-Taubah/9: 128.
[5] QS. Al-Ahzab/33: 21.

Inspirasi Kisah Alquran

Inspirasi Kisah Alquran: Nilai Pendidikan Islam dari Kisah Keluarga Nabi Adam as. dan Nabi Ibrahim as. Penulis: Dr. Mursal Aziz, M.Pd.I, H....